Senin, 27 Juli 2015

Cara memilih lahan, pupuk untuk budidaya cabe jamu dan potensi hasil panen.

Cabe Jamu | Cabe Jawa | Lombok jamu | Long pepper | Piper longum
Cabe Jamu | Cabe Jawa | Lombok jamu | Long pepper | Piper longum - Sudah sejak lama digunakan untuk berbagai keperluan karena khasiatnya yang luar biasa. Di Indonesia, cabe jamu banyak digunakan sebagai bahan baku industri obat tradisional (Jamu).

Prospek pengembangan cabe jamu bertambah cerah sejalan dengan berkembangnya industri obat modern dan kecenderungan masyarakat menggunakan obat-obatan yang berasal dari alam (back to nature).

Namun peluang tersebut belum diikuti oleh peningkatan produktivitas tanaman di tingkat petani, hal tersebut disebabkan usaha tani cabe jawa masih dianggap usaha sampingan sehingga produksi nasional masih rendah, antara 1.000 – 1.500 kg/ha/tahun.

Tanaman ini menarik minat sejumlah petani untuk membudidayakannya. Saat ini sudah ada beberapa daerah di Jawa yang mengembangkannya. Salah satu daerah pengembangan cabe jamu di Provinsi Jawa Tengah (kabupaten Tegal) dan di Jawa Timur (kabupaten Madura dan Lamongan). Hal ini didukung pula oleh pemerintah daerah melalui program kemitraan antara petani dengan dinas kabupaten setempat.

Peningkatan produktivitas cabe jamu sangat diperlukan, selain untuk memenuhi kebutuhan industri obat tradisional dan kebutuhan lainnya di dalam negeri juga untuk pasar luar negeri (ekspor). Adapun kebutuhan cabe jamu dunia saat ini sekitar 6 juta ton dan Indonesia baru bisa memenuhi sepertiganya.

Negara –negara pengimpor cabe jamu antara lain Singapura, Malaysia, Cina, Timur Tengah, Eropa dan Amerika.

Oleh karena itu, peluang pengembangan cabe jamu, baik melalui intensifikasi (meningkatkan produktivitas tanaman yang sudah ada) maupun penanaman baru, masih sangat terbuka lebar.

Tanaman cabe jamu untuk dibudidayakan cukup potensial dan untuk provinsi Jawa Timur telah melakukan beberapa langkah penting diantaranya yaitu:

  • Pembentukan kebun baru dengan jarak tanam yang efisien serta peremajaan tanaman secara sistematis dengan memasukkan tanaman semusim secara intercropping dapat dikembangkan.
  • Perbaikan pohon pemanjat yang multiguna sehingga mampu diintegrasikan dengan komponen usaha tani yang lain, seperti ternak ruminansia.
  • Penerapan teknologi spesifik lokasi diperlukan semua pihak, baik peneliti, penyuluh, petani, pemerintah daerah termasuk dunia usaha dalam upaya meningkatkan pendapatan petani dan masukan devisa daerah.


Dengan adanya langkah-langkah tersebut diharapkan, produk cabe jamu akan mampu menembus pasar internasional.

Bagaimana cara budidaya cabe jamu yang baik untuk menghasilkan cabe jamu berkualitas simak ulasannya sebagai berikut:

1. SYARAT TUMBUH

1.1 Jenis-jenis tanah yang cocok adalah:

- Andosol.
- Latosol.
- Grumosol.
- Regosol.
- Podsolik.

2.1 Tekstur.

Tekstur tanah liat yang mengandung pasir, subur, gembur, porus, drainase yang baik, dengan keasaman tanah (PH) antara 5,5 – 7,0.

3.1 Ketinggian Tempat.

Curah Hujan, kelembaban, Cabe Jamu dapat tumbuh subur dan berproduksi tinggi pada lingkungan tumbuh seperti berikut:
Tinggi Tempat : 1- 600 m (dpl)
Curah hujan : 1.200 - 3.000mm/pertahun tidak ada bulan kering.

Curah hujan minimal 80 mm/bulan tempat terbuka atau pada lahan agak terlindung (radiasi surya 50 -75 %).
Kelembaban Udara : 40- 80 %

2. TEKNOLOGI BUDIDAYA

1.2 Bahan tanaman

a. Jenis benih

Bagian tanaman yang dijadikan stek diambil dari sulur vertikal (sulur panjat), karena bagian ini mudah membentuk cabang. Ada 2 macam bahan tanaman yang dapat digunakan untuk setek yaitu :

- Sulur Tanah.
- Sulur Panjat.

b. Sumber Benih

Diambil dari pohon induk yang telah berumur minimal 2 tahun dan memiliki sifat-sifat baik, yaitu berbuah banyak, responsif terhadap pemupukan, relatif tahan terhadap hama dan penyakit serta relatif tahan terhadap cekaman lingkungan tertentu, bentuk fisik tanaman kokoh, subur dan sehat.

2.2 Penanaman

a. Jarak tanam

- 1,0 – 1,5 m dilakukan disepanjang galengan.
- 2,0 X 2,0 m atau 3,0 X 3,0 m dilahan bidang olah.

b. Waktu tanam

Penanaman dilakukan pada awal musim penghujan.

3.2 Pemupukan

a. Jenis dan Dosis Pupuk

Pupuk Organik (pupuk kandang atau kompos) dan pupuk anorganik (Urea, TSP/SP -36, KCl atau pupuk majemuk NPK).

Pupuk organik diberikan dua kali, yaitu pada awal dan akhir musim penghujan masing-masing sebanyak 5 kg/pohon.

Pupuk anorganik pertama kali diberikan pada saat tanaman berumur 2 – 3 bulan. Selanjutnya, pupuk diberikan dua kali setahun, yaitu bersamaan waktunya dengan pemberian pupuk organik.

Dosis pupuk anorganik untuk tanaman cabe jamu dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Tabel 1. Dosis Pupuk Tanaman Cabe Jamu.

b. Cara Pemupukan

Untuk pupuk organik diberikan disekitar perakaran tanaman, tanah digali kemudian pupuk disebarkan secara merata lalu ditutup tanah kembali.

Untuk pupuk anorganik diberikan setelah penyiangan. Dibuat alur parit melingkar tanaman dan berada diluar sistem perakaran tanaman sedalam 5 – 10 cm, setelah campuran pupuk anorganik ditaburkan kemudian di timbun tanah.

4.2 Hama dan Penyakit.

 3. TEKNOLOGI PANEN

1.3 Waktu Panen

Tanaman cabe jamu mulai berbuah setelah umur 1 – 1,5 tahun. Setelah buah berwarna semburat merah sekitar 25% - 50% sudah dapat dipanen.

2.3 Cara Panen

Panen dilakukan dengan cara memetik satu persatu. Untuk itu diperlukan tangga agar buah yang siap dipanen terjangkau tangan dan tanaman tidak rusak.

3.3 Produksi

Produksi rata-rata untuk tanaman muda sekitar 2-3 kg buah basah atau setara dengan 0,5 kg buah kering. Untuk tanaman dewasa produksi sekitar 4-5 kg buah basah atau setara dengan 1,5 kg buah kering.

4. TENAGA KERJA

1.4 Budidaya

- Membuka lahan : 30 HOK
- Mengajir : 10 HOK
- Membuat lobang tanam : 60 HOK
- Tanam tiang panjat : 20 HOK
- Pemupukan dasar : 25 HOK
- Pembibitan/pesemaian : 20 HOK
- Penanaman : 20 HOK
- Pemupukan & penyulaman : 60 HOK
- Pengendalian hama/penyakit : 15 HOK
- Penyiangan : 80 HOK

2.4 Panen

- Panen : 30 HOK.

5. PENGOLAHAN HASIL

- Pasca panen : 20 HOK.

9 komentar: